SKUEL PEMBUKA NOVEL PADANG HAWA

 





Antalogi Kebohongan

                                                         Karya : Abdul Rosyid Al Amin

Di kala teriakan sunyi

Memukul Gelap hati para penolak benar

Barangkali Bulan pun tak sudi melihatmu

Menjadi pengagum para pemilik kebohongan

Maka,

Bawalah redup jiwaku ini sang pualam kuning

Cahaya yang di kenal  arif dan santun

Kini kamitak di kenal lagi

Buat apa aku bilang pada bongkahan congkak padai menutup wajah

 

Hempaskanlah saja aku di kolam pekat bercampur darah

Kalau kau mau mulut benar ini  Mati dalam sasaran peluru serbu mu

Itupun kau lakukan

 Jika tak pandai berkata-kata dan bersembunyi di balik kata

Ya,..

            Kata rumit yang slalu memberikan kepastian,

            Bercampur Nada-nada perbedaan

           

tapi ingat sajalah

kami masih punya tuhan pemilik langit

meneropong jau jejak langkah tak berkutik,

Jujur...jujur...dan kau bilang jujur...

Bohong...bohong...dan slalu kau bohong...

Kalau benar itu  pahit di rasa

Janganlah lupa ,bahwa ada nun jauh di sana

 

            Lalu kau sisakan kami hidup sendiri dalam kesalahan

            Seolah-olah kami tlah berbuat

            Mau  apa hati kecil tak berekspresi ini !

Kau bisa musnahkan kami

Tapi itu tak membuat kami sirna dalam keterasingan kami

Ku percayakan Kepalan tangan ini     

Yang bisa menyembuhkan derita dan lara

Hanyalah doa kapadamu lah  ya..Robbi

 

            “di saat kita memandang kebesaran mu lah

              Angin berhembus

              Itulah wujud haq mu “

Sebagaimana aku tidak akan melihat angin

Tapi ,gumpalan angin di sertai  hawa sejuk

Terdengar semilir mebasahi pipi

Membuat air mengalir sampai ke ujung pipi

            Saat itu lah pesan bahagiah menerpa dalam relung relung jiwa dan raga

            Yang kini kembali meyeruap kearah kami

Ketika pandangan ke depan

Sabar adalah kunci

Tuk jadi  padang luas yang tak tandus oleh duka

Kini ku kumpulkan kembali

Puzzle kebenaran yang hilang dari ku dan kami semua

Tersimpan dalam kubur dan ku sisakan untuk tunas yang baru

Untuk hadapi dunia sejauh mata memandang

Di sertai hawa bak dingin menerpa

                        

Komentar