BUKAN SUPERWOMAN

 








Perbudakan Berkedok

Dilingkungan sekitar kita, seringkali kita dapati fenomena wanita karir. Ada banyak sekali ibu pekerja yang harus berjuang mulai pagi buta hingga larut malam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bangun dini hari untuk menyiapkan segala keperluan keluarga kecilnya, lalu mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Sepulang dari kantor, mereka kembali disibukkan dengan urusan domestik rumah tangga yang tiada habisnya.  


Waktu dan tenaga benar-benar terkuras. Rasanya, tidak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan kondisi perempuan modern saat ini selain, Perbudakan. 

Terobsesi untuk menjadi perempuan super, ibu super, istri super, anak super dan seterusnya. Menjadikan perempuan sering kali tidak puas dengan hak-hak istimewa yang diberikan Allah kepadanya. Bisa jadi, perempuanlah yang memperbudak dirinya sendiri dengan memaksakan untuk melakukan banyak hal dalam satu waktu. Bisa jadi juga, masyarakat dan peradabanlah yang memperbudak kaum perempuan. 


Sebenarnya setiap kali kaum wanita memperoleh kesempatan berkarir di luar rumah, semakin lepas pula tali ikatan dan semakin besar pula kebebasan dalam menentukan kemauan pribadinya yang akan berakibat pada terpisahnya wanita dengan ikatan keluarga dan bersamaan dengan itu, sirnalah peranan lembaga keluarga itu sendiri. Yang berarti pula hilangnya kewibawaan dan kewajiban orang tua untuk mengarahkan putra putrinya. 


Begitulah nasib wanita "modern". Ia melahirkan, mengasuh, membesarkan anak, mendidik, mencari nafkah, mengurus diri dan keluarga, tetapi harus menyenangkan suami dan pada saat yang bersamaan dituntut untuk tangguh dan mandiri. Semua harus dapat di kerjakan oleh perempuan. Peran laki-laki ditiadakan dan dikerdilkan. Semakin lama, kaum perempuan dibuat untuk hidup mandiri hingga merasa tidak memerlukan kehadiran laki-laki. 


Menjadi budak memang bukan perkara yang menyenangkan. Meski dielu-elukan, disanjung, namun pada saat yang bersamaan dituntut untuk memikul beban di luar batas kemampuannya. Level stres kaum wanita pun kian melonjak, depresi bukan satu-satunya hasil akhir dari stres. Selain memicu penyakit mental seperti depresi, stres adalah salah satu faktor munculnya berbagai penyakit fisik. Dapat menurunkan kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terkena infeksi, baik terhadap virus, bakteri, maupun kanker. 


Mengapa Superwoman??

Pertanyaan yang sering kali muncul, mengapa wanita karir mengejar predikat "Superwoman". Sebelum menghadapi kenyataan kebebasan wanita di zaman modern ini, Islam telah berhadapan dengan praktek-praktek yang menyerupai perilaku wanita Barat masa kini dengan segala atribut kebebasannya yang menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan di dalam diri mereka.  


Hakikat wanita Barat dengan gerakan feminismenya, berusaha membawa dirinya kedalam kekuasaan materialisme dan menggantikan kemanusiaan dengan yang mereka sebut sebuah Kebebasan. Kenyataannya, itu adalah sebuah gejala peruntuhan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupannya. Feminisme di Barat maupun di Timur komunis sama-sama meninggalkan eksistensi dirinya. 


Ambisi perempuan untuk menjadi superwoman tidak terlepas dari tuntutan lingkungan dan pengaruh sejarah. Perempuan dalam sejarah peradaban Barat memiliki posisi yang direndahkan. Banyak sekali pendapat-pendapat dari tokoh terkemuka dunia yang merendahkan kaum perempuan berserakan di buku-buku sastra Yunani kuno. Demosthenes, adalah seorang negarawan Yunani. Ia menulis, "kami menyimpan pelacur untuk bersenang-senang, budak perempuan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, dan istri-istri untuk mempunyai anak secara legal serta sebagai pengawas rumah tangga." Laki-laki mendapat kebebasan untuk bersenang-senang, sedangkan perempuan hanya sebagai objek pemuas syahwat dan pelengkap kehidupan. 


Peran laki-laki sangatlah mendominasi kehidupan sehingga perempuan di tempatkan pada posisi ia tidak memiliki pilihan, tak berdaya, dan sering mendapatkan perlakuan yang berbeda dari laki-laki. 


Dengan kondisi perempuan yang tidak berdaya itulah, telah menginspirasi gerakan feminisme untuk memperjuangkan persamaan hak (equality). Mereka mengejar predikat Superwoman dengan tujuan ingin membuktikan dan mendapatkan pengakuan dunia bahwa perempuan bisa melakukan segala hal yang dilakukan laki-laki. Seperti mencari nafkah sendiri, termasuk dalam pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki. Perempuan juga tidak kalah cerdas dari laki-laki sehingga perempuan mampu menjadi pemimpin negara. 


Dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki perempuan, maka semakin banyak pula perempuan yang diberikan kepercayaan dalam memegang posisi pekerjaan nondomestik. Yang mengakibatkan perebutan lapangan pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. 


Namun ada satu hal yang membuat perjuangan panjang feminisme justru menambah beban perempuan, bukan sebaliknya. Bahwa tidak dapat dipungkiri laki-laki tidak dapat hamil, melahirkan dan menyusui anak. Selain tuntutan untuk berprestasi di ruang publik, tugas hamil, melahirkan, dan menyusui tidak dapat dialihkan kepada laki-laki.


Lalu, pemahaman feminisme ini apa terjadi juga dengan para muslimah? 

Di Indonesia sendiri pemikiran feminisme cukup berkembang pesat di kalangan muslimah itu sendiri. Ada dua faktor mengapa muslimah mudah terpengaruh akan gerakan ini. Pertama, pengaruh adat yang tidak menguntungkan perempuan. Kedua, kurangnya pemahaman Islam itu sendiri. Islam tidak disosialisasikan dengan baik dan Islam tidak di terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak muslimah yang menganggap syariat Islam tidak mampu memberikan solusi yang tepat. 


Superwoman? No, Thank You!

Apa perempuan harus menderita untuk diakui eksistensinya? 

Ngga, perempuan ngga perlu menderita untuk mendapatkan pengakuan dunia yang tiada habisnya. Perempuan muslimah juga ga perlu isme-isme lain untuk meninggikan derajatnya sebagai manusia. Karena Islam telah menempatkan perempuan pada posisi yang mulia, tanpa memperbudaknya. Kemuliaan perempuan diberikan sesuai fitrah dan jati diri keperempuanannya. 


Sebagai seorang ibu ia mulia, sebagai istri ia mulia, sebagai anak ia mulia, dan sebagai hamba Allah ia pun mulia. Ia tidak perlu bersaing dengan laki-laki untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat, ia juga tidak perlu membuktikan dirinya sebagai Superwoman. Laki-laki dan perempuan, mereka bisa unggul di bidangnya masing-masing tanpa merebut peran satu sama lain. Karena Allah telah memberikan ruang sesuai dengan kapasitas dirinya sebagai seorang muslimah. 


Cukup dengan kemuliaan yang diberikan oleh Islam kepada perempuanlah membuat muslimah hidup tenteram dan bahagia tanpa harus ikut terseret budaya dari luar Islam. Allah telah memberikan hak-hak yang cukup untuk menjamin kehidupan bahagia dan kemuliaannya. Dengan jaminan tersebut, tiada keinginan muslimah yang lebih tinggi selain bersyukur dan mencari keridhaan Allah. Karena Allah tidak menuntut muslimah untuk menjadi superwoman.


By : Nihlatul Istikmaliyah

Komentar